Rabu, 04 Januari 2012

Asal mula pulau kemarau.. (orang2 percaya tempat ini untuk enteng jodoh)

ulau Kemaro terletak di tengah sungai Musi yang membelah kota Palembang. Kemaro sendiri merupakan bahasa Palembang, yang berarti kemarau. Mengapa dinamakan Pulau Kemaro karena pulau ini tidak pernah digenangi air. Walaupun air sungai Musi meningkat, Pulau Kemaro tetap saja kering. Karena keunikan nya ini maka dinamakan Pulau Kemaro.

Perjalanan ke Pulau Kemaro dapat ditempuh melalui kapal kecil dari area Jembatan Ampera atau di depan Benteng Kuto Besak, dengan perjalanan tempuh sekitar 25 menit ke arah hulu. Selama perjalanan, kita dapat melihat Pasar Mesjid Lama, Kampung Arab, nelayan-nelayan yang tinggal di kapal, tongkang dan beberapa jet foil yang dapat digunakan untuk ke Bangka Belitung.

Di pulau ini terdapat makam Putri Sriwijaya Siti Fatimah yang menceburkan diri ke Sungai Musi. Menurut cerita, dahulu seorang putri dari raja Sriwijaya bernama Siti Fatimah dilamar oleh putra raja dari negeri Tiongkok bernama Tan Bun Ann. Raja Sriwijaya ini mengajukan persyaratan yang harus dipenuhi oleh Tan Bun Ann. Persyaratannya adalah Tan Bun Ann harus menyediakan 7 guci berisi emas. Keluarga Tan Bun Ann pun menerima syarat yang diajukan itu.

Untuk menghindari bajak laut, emas yang berada di dalam guci-guci itu dilapisi sayur-mayur oleh keluarga tanpa sepengetahuan Tan Bun Ann. Pada suatu hari rombongan Tan Bun Ann tiba dari Tiongkok dengan 7 guci emas yang telah dijanjikan. Namun, setelah diminta menunjukkan isi gucinya oleh raja Sriwijaya, Tan Bun Ann terkejut karena melihat sayur mayur di dalam 9 guci yang dibawanya. Karena kaget dan marah, tanpa memeriksa terlebih dahulu, Tan Bun Ann langsung melemparkan guci-guci tersebut ke dalam Sungai Musi. Tetapi pada guci yang terakhir, terhempas pada dinding kapal dan pecah berantakan, sehingga terlihatlah kepingan emas yang berada di dalamnya.

Rasa penyesalan yang membuat Tan Bun Ann mengambil keputusan tak terduga, ia menceburkan diri ke dalam Sungai Musi. Melihat kejadian tersebut, Siti Fatimah ikut menceburkan diri ke sungai, sambil berkata, “Bila suatu saat ada tanah yang tumbuh di tepi sungai ini, maka di situlah kuburan saya.” Dan ternyata benar, tiba-tiba dari bawah sungai timbul gundukan tanah yang akhirnya sekarang menjadi pulau Kemaro ini.

Di pulau Kemaro, akan didapati tiga buah gundukan tanah yang menyerupai batu karang, dimana setiap gundukan diberi semacam atap dari kayu dan diberi batu nisan dengan tulisan Tiongkok yang didominasi warna merah.

Gundukan tanah yang di tengah adalah makam sang putri dan dua gundukan tanah yang ada di dekatnya adalah makam ajudan dari pangeran Tiongkok dan dayang kepercayaan sang putri.

Pulau ini ramai dikunjungi oleh turis etnis cina seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Cina terutama saat Imlek.

Terdapat sebuah pohon langka yang di sebut pohon cinta dimana apa bila pasangan muda-mudi yang berpacaran apabila mengukir nama mereka konon cinta mereka akan berlanjut ke pelaminan
Selain terdapat klenteng, juga terdapat pagoda yang menjulang tinggi menghadap sungai Musi dengan ukiran-ukiran yang sangat unik dan menarik.

Rabu, 28 Desember 2011

Tragedi Pembantaian Mesuji

Mesuji terletak di daerah perbatasan Lampung dan Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Tragedi Pembantaian di Mesuji telah menjadi topik utama berita pada akhir tahun 2011 dikarenakan tragedi tersebut banyak memakan korban jiwa. Korban telah berjatuhan dari kedua belah pihak yang terlibat konflik Mesuji.

Tragedi Pembantaian di Mesuji  merupakan tragedi maut antara warga Mesuji dengan petugas keamanan PT Sumber Wangi Alam (SWA) di Desa Sungai Sodong, Kecamatan Mesuji, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatra Selatan. Tragedi pembantaian ini menyebabkan korban dari warga Mesuji juga korban dari pihak keamanan PT Sumber Wangi Alam (SWA).

Korban dari warga Mesuji akibat pembantaian Mesuji ini berjumlah tiga orang, sedangkan korban tragedi pembantaian Mesuji dari pihak keamanan PT Sumber Wangi Alam (SWA) berjumlah empat orang. Jadi total korban tragedi pembantaian di Mesuji adalah tujuh orang sampai saat ini. Semuanya tewas dalam kondisi yang mengenaskan, tiga orang warga Mesuji yang tewas dalam korban tragedi pembantaian ini yakni Syafei (18 tahun) dengan kondisi leher putus dan terkena luka tembak serta Matchan bin Sulaiman (21 tahun) kena tujah dengan telinga kiri nyaris putus. Sedangkan satu warga Mesuji korban tragedi pembantaian lainnya belum diketahui identitasnya. Dengan kondisi yang sama mengenaskan dari pihak satpam perusahaan korban tragedi pembantaian di Mesuji pun hingga kini belum diketahui identitas.

Kondisi korban tragedi pembantaian di Mesuji dari pihak perusahaan yang paling menggenaskan dialami Asisten kebun Hambali, yaitu kondisi kepalanya nyaris putus. Korban tersebut menderita luka bacok di punggung membelah hingga ke pinggang. Kemudian luka tusuk di bagian pinggang kiri dan bagian perut. Korban tragedi pembantaian di Mesuji itu adalah adik bungsu dari H Fansyuri, sekretaris Dinas Peternakan Kabupaten OKI.


Korban tragedi pembantaian di Mesuji terhadap karyawan PT SWA yang lain terhadap asisten kebun Haris Fadillah (23 tahun) tak kalah sadis. Kepalanya putus, telapak tangan kanannya dipotong tetapi tidak sampai putus dan dia digantung pada tiang listrik. Kemudian semua identitasnya diambil. Namun petugas kepolisian (Brimob) menemukan sebuah dompet yang diperkirakan milik korban berisi KTP, SIM serta kartu-kartu lain atas nama Haris Fadillah (23 tahun) beralamat di Desa Mulya Guna, Kecamatan Teluk Gelam.  
 
Tragedi pembantaian di Mesuji yang memakan korban jiwa ini dipicu oleh konflik lahan antara warga dengan pihak perusahaan. Tragedi Mesuji dinilai terjadi karena pengkhianatan pemerintah pada Undang-Undang Nomor 5/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Di akhir tahun 2010 lalu, warga Desa Sungai Sodong Kecamatan Mesuji Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) melakukan panen di perkebunan sawit milik PT Sumber Wangi Alam (PT SWA). Bahkan, saat itu, panen yang dilakukan warga di kebun inti PT SWA seluas 298 hektar, diawasi satu pleton anggota Brimob.

Pihak perusahaan pernah menangkap warga Mesuji yang mencuri sawit, tapi warga tersebut kemudian menyandera karyawan perusahaan dan meminta teman-teman yang ditangkap dibebaskan, inilah awal Tragedi pembantaian di Mesuji.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, Tragedi pembantaian di Mesuji dipicu oleh masalah lahan perkebunan. Konflik yang selama ini terpendam kemudian memuncak saat tersiar kabar bahwa dua orang warga Sungai Sodong, tewas dianiyaya oleh orang bayaran PT. SWA yang disewa untuk menduduki lahan yang selama ini menjadi sengketa dengan warga Mesuji. Warga yang marah kemudian pada Kamis (21/4/2011) menyerang ke PT. SWA, dengan membawa beragam senjata tajam dan api rakitan.

Saat ini pihak Polda Sumsel belum memberikan penjelasan resmi mengenai tragedi yang terjadi, namun ratusan petugas sudah diturunkan untuk mengamankan wilayah tragedi tersebut.

Kondisi perkebunan sawit PT Sumber Wangi Alam (SWA) di Desa Sungai Sodong, Kecamatan Mesuji, Kabupaten OKI, Sumatera Selatan, masih mencekam. Ratusan karyawan PT SWA mengungsi ke perusahaan terdekat. Pabrik lumpuh alias tidak operasional sama sekali.

Hanya, dua peleton Brimob Polda Sumsel yang terjun ke lokasi berhasil menguasai kebun PT SWA yang diduduki warga, pascabentrok. Mereka di-back up Polres OKI, Polsek Mesuji, dan polsek terdekat.

Sebaliknya, warga enam desa Kecamatan Mesuji yaitu Desa Sungai Sodong, Sungai Tepuk, Pagar Dewo, Curang Kuali, Tebing Suluh, dan Pematang Panggang yang terlibat penyerbuan, berjaga-jaga di desanya masing-masing. Selain juga melayat dan ikut memakamkan jenazah warga desanya yang tewas.
 

Rabu, 14 Desember 2011

Biografi Raditya Dika



Raditya Dika lahir di Jakarta, 28 Desember 1984 , akrab dipanggil Radith, adalah seorang penulis asal Indonesia. Di Indonesia, Raditya Dika dikenal sebagai penulis buku-buku jenaka. Tulisan-tulisan itu berasal dari blog pribadinya yang kemudian dibukukan. Buku pertamanya berjudul Kambing Jantan masuk kategori best seller.

Buku tersebut menampilkan kehidupan Dikung (Raditya Dika) saat kuliah di Australia. Tulisan Radith bisa digolongkan sebagai genre baru. Kala ia merilis buku pertamanya tersebut, memang belum banyak yang masuk ke dunia tulisan komedi. Apalagi bergaya diari pribadi (personal essay).

Karya dari Raditya Dika

Karya pertama yang mengangkat namanya adalah buku berjudul Kambing Jantan: Sebuah Catatan Harian Pelajar Bodoh (2005). Buku ini menceritakan kehidupan Radith ketika masih berkuliah di Adelide, Australia. Cerita yang dibawakan Radith adalah kisah-kisahnya sebagai pelajar Indonesia yang berkuliah di luar negeri.

Buku ini ditampilkan dalam format diary (buku harian). Seluruh cerita dalam karyanya tersebut berasal dari blog pribadi terdahulu milik Radith, www.kambingjantan.com, yang sekarang menjadi www.radityadika.com.

Buku keduanya berjudul Cinta Brontosaurus, diterbitkan pada tahun 2006. Hampir sama dengan buku sebelumnya, cerita-cerita dalam buku ini berasal dari kisah keseharian Radith. Namun, buku kedua ini menggunakan format cerita pendek (cerpen) yang bercerita mengenai pengalaman cinta Radith yang sepertinya selalu tidak beruntung.

Isi dari buku ini meliputi kisah dari sewaktu Radith mengirim surat cinta pertama ke teman saat SD hingga pengalaman Radith memerhatikan kucing Persia-nya yang jatuh dengan kucing kampung tetangganya.

Buku ketiganya yang berjudul Radikus Makankakus: Bukan Binatang Biasa terbit pada tanggal 29 Agustus 2007. Buku ketiga ini mengisahkan Radith yang pernah menjadi badut Monas dalam sehari, mengajar bimbingan belajar, lalu saat Radith dikira hantu penunggu WC, sampai cerita mengenai kutukan orang NTB. Sementara, buku keempatnya berjudul Babi Ngesot : Datang Tak Diundang Pulang Tak Berkutang terbit pada bulan April 2008.

Ia juga bermain dalam film yang diangkat dari pengalaman hidupnya, Kambing Jantan: The Movie.Pada pertengahan bulan November 2009, melalui situs resminya, Radith mengumumkan bahwa buku kelimanya yang berjudul Marmut Merah Jambu akan segera terbit dengan jadwal edar sementara pada bulan Desember 2009.

Namun pada pertengahan bulan Desember silam, Radith kembali lewat situs resminya menyatakan bahwa buku kelimanya tersebut masih mengalami sedikit perubahan dan juga penambahan cerita pada beberapa bagian, sehingga kemungkinan besar penerbitan buku tersebut akan mundur beberapa waktu.
Perjalanan dan Pemikiran dari Raditya Dika

Radith mengawali keinginan untuk membukukan catatan hariannya di blog pribadinya saat ia memenangi Indonesian Blog Award. Radith juga pernah meraih Penghargaan bertajuk The Online Inspiring Award 2009 dari Indosat.

Dari pengalaman itu, ia cetak (print out) tulisan-tulisannya di blog kemudian ia tawarkan naskah cetakan itu ke beberapa penerbit untuk dicetak sebagai buku. Awalnya banyak yang menolak, tapi kemudia ketika ia ke Gagasmedia, sebuah penerbit buku, naskah itu diterima, meski harus presentasi dahulu.

Radit sukses menjadi penulis karena ia keluar dari arus utama (mainstream). Ia tampil dengan genre baru yang segar. Yang membuat ia berbeda dari penulis lain adalah ide nama binatang yang selalu ia pakai dalam setap bukunya. Dari buku pertama hingga terbaru, semua judulnya mengandung nama binatang. Bagi Radith, ini adalah selling point-nya.

Bagi Radith, sebagai penulis tetap harus memiliki inovasi. Sebenarnya, pada bulan-bulan pertama, buku pertamanya tidak terlalu laku. Ini, menurut Radith, adalah risiko masuk dalam genre baru.

Radith kemudian gencar berpromosi di blog yang ia kelola. Selain itu ia juga gencar promosi dari mulut ke mulut (word of mouth). Radith meminta pembacanya untuk berfoto dengan buku pertamanya itu kemudian dikirim ke Radith.

Jadilah ini sebuah strategi pemasaran yang bisa mengelola pembaca sebagai target pasarnya. Menurut Radith, dalam menulis, tidak serta-merta setelah buku terbit, urusan selesai. Kemudian, pemasaran diserahkan kepada penerbit.

Sebaliknya, penulis seharusnya juga menjadi pemasar bagi bukunya sendiri karena sebenarnya penulis juga seniman. Penulis yang kreatif akan menjadikan bukunya sebagai produk yang baginya harus bisa laku di pasaran.

Meskipun pada dasarnya buku adalah bukan barang komersial, tetapi memandang buku sebagai sebuah produk berilmu yang pelu dipasarkan adalah sebuah hal yang perlu dilakukan saat ini.

Menjadi penulis sukses bukan berarti tidak ada hambatan[1]. Menurut Radith, hambatan bukan hanya dari industri buku, melainkan juga dari hal-hal yang sifatnya diagonal. Artinya, lawan dari industri buku bisa jadi bukan industri buku lain tapi industri lain yang sebenarnya tidak berhubungan sama sekali seperti hiburan (entertainment), makanan, dan lain-lain.

Sebagai contoh, bila ada anak muda memiliki uang 50.000 rupiah, belum tentu ia akan membelanjakannya untuk buku. Bisa jadi uang itu digunakan untuk menonton film di bioskop atau membeli makanan cepat saji. Dan yang jelas, buku bukan pilihan utama.

Bagi Radith hal ini memang sudah lazim. Yang perlu dilakukan adalah terus berkreasi dan bertindak kreatif. Baginya, kompetisi yang ada adalah kunci untuk berinovasi. Tekanan kompetitor bisa menjadi motivasi untuk terus memberikan ide-ide baru dan menggali kemampuan.

Radith kini meneruskan studinya di program ekstensi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik di Universitas Indonesia. Selain itu, kini ia berkarier di penerbit buku Bukune. Radith bertindak sebagai direktur juga sebagai direktur dan pemimpin redaksi.

Filmografi oleh Raditya Dika
* Kambing Jantan: The Movie (2009)
* Maling Kutang (2009)

Minggu, 11 Desember 2011

Transmusi Palembang



BRT Transmusi Palembang

Penyerahan 15 Bus Rapit Transit (BRT) Trans Musi bantuan Departemen Perhubungan, kemarin, kian memantapkan pemerintah kota ini untuk mengombinasikan transportasi darat dan sungai. Apalagi, Dinas Perhubungan Kota sudah merancang bawah Jembatan Ampera menjadi terminal.
Nantinya, jika penumpang naik bus Trans Musi dengan tarif Rp3.000, mereka bisa langsung naik angkutan Sungai Musi, tanpa harus membayar lagi alias gratis. “Naik Trans Musi langsung naik angkutan sungai cukup bayar sekali, atau mau keliling-keliling. Asal tidak turun dari bus, tak perlu bayar lagi. Dalam artian cukup bayar sekali ketika naik,” kata Kepala Dinas Perhubungan Kota Palembang, H Eddy Nursalam MSTr kepada Sumatera Ekspres usai penyerahan bantuan 15 bus Trans Musi untuk Kota Palembang dan satu bus kampus untuk IAIN Raden Fatah Palembang, di Jakarta, kemarin (1/2).
Diketahui, persiapan di darat sudah ada 74 halte. Sebanyak 56 halte dibangun Pemkot dan 18 oleh pihak swasta. “Sementara ini, dua rute dulu, AAL (Alang-Alang Lebar)-Ampera dan Sako-PIM (Palembang Indah Mall). Kita ingin hidupkan transportasi massal ini. Rute lain (Kertapati, Plaju, Bukit, Perumnas) menyusul tahap kedua,” kata Eddy.
Bantuan 15 bus langsung dibawa ke Palembang. Begitu pula satu bus IAIN. Tahap pertama launching 10 Februari nanti, akan dioperasikan 10 bus Trans Musi. “Kalau bus yang besar bisa mengangkut 85 penumpang, 35 duduk dan sisanya berdiri. Tapi, kondisi di dalam bus nyaman dan AC. Bus ini menggunakan bahan bakar gas. Kita dapat bantuan dari perusahaan daerah Pemprov, PD PDE untuk gasnya, hampir Rp1 miliar,” katanya lagi.
Sebelumnya, Wali Kota Palembang, Ir H Eddy Santana Putra MT usai mendampingi Menteri Perhubungan Freddy Numberi, melepas bus TransMusi di depan kantor Kementerian Perhubungan, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta, mengatakan, pihaknya masih akan mengusulkan 15 bus lagi ke pusat. Soalnya, total kebutuhan bus TransMusi di Palembang sebanyak 250 bus.
Nah, moda transportasi yang tersedia baru 25 bus. “Tahun 2010 kita anggarkan 25 bus lagi dari APBD. Dananya sekitar Rp500 juta. Itu saja masih kurang. Sisanya secara tertahap akan kita anggarkan, selain tetap usul ke pusat,” ujar Eddy didampingi Kabag Humas H Aminoto M Zen.
Kadishub Sumsel, Ir H Sarimuda MT mengatakan, Sumsel ditunjuk menjadi percontohan transportasi komputer di tanah air. “Bersama enam provinsi lain, kita sedang membuat masterplan sistem angkutan massal tersebut,” kata Sarimuda.
Menteri Perhubungan, Freddy Numberi mengatakan, pada 2010 akan dianggarkan sekitar Rp500 miliar untuk transportasi darat. “Bantuan 130 bus yang diberikan hari ini (kemarin, red) adalah anggaran 2009. Untuk tahun 2010, kita anggarkan sekitar Rp500 miliar. Itupun masih kurang, karena usulan dari daerah dan perguruan tinggi masih banyak yang belum dipenuhi. Ya, kita upayakanlah secara bertahap,” kata Freddy didampingi Dirjen Perhubungan Darat, Soeroyo Alimuso

Usai SEA Games



Senin, 05 Desember 2011 22:00 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG-- Fasilitas olahraga yang digunakan pada SEA Games XXVI di kawasan Jakabaring Palembang jangan sampai terbengkalai terlalu lama, karena nantinya banyak yang rusak. Ketua Komisi V DPRD Sumatera Selatan H Bihaqqi Soefyan menyampaikan itu ketika ditanya mengenai fasilitas olahraga SEA Games XXVI di Palembang, Senin.
Menurut dia, paling lama satu atau dua tahun sudah ada nota kesepahaman (MoU) untuk pengelolaan pelaksanaan aset olahraga SEA Games XXVI tersebut. Ia mengatakan, kalau untuk wisma atlet sendiri dari informasi yang disampaikan pihak Pemerintah Provinsi akan dijadikan akademi olahraga.
Sehubungan dengan hal itu, ia sangat mendukung kalau kawasan olahraga di Jakabaring dikelola dengan baik dan perlu dibentuk badan tersendiri agar bisa dikomersialkan. Nanti, dana dari hasil komersil tersebut bisa digunakan untuk pemeliharaan kawasan olahraga Jakabaring itu sendiri, ujar dia.
Ia menuturkan, untuk pemeliharaan aset olahraga di kawasan Jakabaring Palembang itu sudah ada usulan anggarannya di dalam APBD tahun 2012 mendatang. Pemerintah Provinsi Sumsel sudah menyiapkan anggaran dana untuk pemeliharaan aset olahraga bekas SEA Games XXVI di kawasan Jakabaring Palembang tersebut, kata Bihaqqi.
Anggota Komisi III DPRD Sumsel, Agus Sutikno menyatakan, anggaran dana untuk pemeliharaan arena pertandingan SEA Games itu ada di Satuan Kerja Pemerintah Daerah yakni Dinas Keuangan dan Pengelolaan Aset Daerah.
Dana yang dianggarkan dalam APBD Sumsel tahun 2012 untuk pemeliharaan arena pertandingan SEA Games XXVI itu termasuk biaya listrik dan keamanan dicadangkan sekitar Rp9 miliar, demikian Bihaqqi Soefyan.
Redaktur: Stevy Maradona
Sumber: Antara

Rabu, 07 Desember 2011

Wow, Pulau Komodo Masuk Keajaiban Dunia



TEMPO.CO, Jakarta - Pulau Komodo terpilih sebagai tujuh keajaiban dunia dalam kontes yang diselenggarakan Yayasan New7Wonders. Situs www.new7wonders.com, Sabtu, 12 November 2011 dini hari, mengumumkan tujuh keajaiban alam ini pada perhitungan suara sampai 11-11-2011.

Wow, Pulau Komodo berada di jejeran keajaiban dunia ini. Dalam laman pribadinya, New7Wonders mengatakan masih memeriksa, menghitung, dan memverifikasi secara independen jumlah perolehan suara yang masuk. Pemenang resmi akan diumumkan dan dikonfirmasi pada awal tahun 2012.

Peringkat yang dimunculkan juga berdasarkan abjad, bukan jumlah perolehan suara. Berikut ketujuh daftar 7 keajaiban dunia versi New7Wonders berdasarkan abjad:

1) Amazon
2) Halong Bay
3) Iguazu Falls
4) Jeju Island
5) Komodo
6) Puerto Princesa Underground River
7) Table Mountain